Kamis, 12 November 2009

Konsep hidup sederhana

Konsep hidup sederhana

Satu Jalan Alternatif Menuju Kebahagiaan Yang Hakiki

Mengapa harus hidup sederhana? Di era modern seperti ini? Yang benar saja bung? Apa sih manfaatnya hidup sederhana yang identik dengan nelangsa dan miskin? Bukankah hidup penuh kekayaan dan memfasilitasi diri sebaik mungkin itu lebih baik?

Mungkin nada-nada semacam itulah yang terbersit di benak kita saat melihat judul tulisan ini. Seandainya kita mau menyadari, bahwa inti dari kebahagiaan adalah kesederhanaan. Loh, kok bisa…?

Dalam kitab Ta’limul Muta’alim” disebutkan, pada hakikatnya tidak ada satupun manusia yang kaya selama ia masih mengharapkan harta kekayaan dari manusia ataupun makhluk Allah yang lain. Seberapapun banyaknya harta seorang saudagar, selama ia masih mengharapkan harga dagangannya laku keras, selama ia masih mengaharapkan ada pembeli datang untuk membeli barang dagangannya, maka ia masih disebut miskin. Seberapa banyak harta seorang pegawai, selama ia masih mengharapkan datangnya gaji bulan depan (apalagi ditambah dengan kenaikan gaji dan bonus-bonus lainnya), maka ia harus menyadari bahwa dirinya masih miskin. Maka sangat tidak pas apabila dengan mempunyai harta yang melimpah membuat orang menjadi takabur dan kikir. Karena hakikinya harta benda yang ia dapatkan juga berasal dari orang lain, dan Allah lah yang mengatur peredarannya. Maka sudah semestinyalah ia berbagi dengan sesama (terutama kepada mereka yag membutuhkan).

Di dalam kitab ini pula dijelaskan, bahwa, tingkatan kemiskinan seseorang itu bukan diukur dari jumlah/besarnya harta yang ia miliki, melainkan diukur dari besarnya kebutuhan yang harus ia penuhi. Semakin besar kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seseorang, maka semakin miskin lah dia. Untuk lebih jelasnya mari kita perhatikan analogi berikut.

Ada 2 orang bernama Salim dan Robert.

Salim hidup di dalam suatu rumah sederhana bersama keluarga yang dicintainya. Salim sekeluarga sangat bersyukur dengan rizki yang telah diberikan oleh Allah untuk mereka. Mereka tidak terlalu merisaukan berbagai macam keperluan, kecuali hanya makan dan minum secukupnya dan juga berpakaian yang layak agar dapat terus melanjutkan ibadah kepada Tuhan mereka dan mempunyai cukup energi untuk mencari nafkah keesokan harinya. Begitu juga pada hari berikutnya dan seterusnya, hanya itu-itu saja kebutuhan yang mereka penuhi setiap hari.

Sedangkan Robert hidup di sebuah apartemen mewah dengan fasilitas yang sangat lengkap di dalamnya. Ada AC, kulkas, TV di setiap kamar, kolam renang, area fitness dan kebugaran, studio musik, dan lain sebagainya. Mobilnya pun ada 2 unit. Satu BMW untuk dirinya pribadi khusus untuk berangkat kerja ke kantor. Satu lagi Avanza untuk istrinya dan untuk keperluan keluarganya. Setiap mobil ia tugaskan masing-masing seorang sopir pribadi. Urusan kebun ada pembantunya sendiri. Urusan masak-memasak ada pembantunya sendiri. Selain itu Robert pun harus memenuhi kebutuhan istrinya untuk belanja ke Mall, membeli perhiasan2 mewah, pergi ke salon, dsb. Di samping itu ia juga harus membiayai sekolah anaknya yang kuliah di universitas nomor wahid di Australia, bayar pajak harta bendanya, tagihan listrik yang membengkak, asuransi, kredit mobil dan servis tiap bulan, dan sebagainya dan sebagainya.

Siapa yang lebih kaya/miskin? Siapa yang lebih mudah mengalami stress? Siapa yang punya lebih banyak waktu luang untuk beribadah dan bercengkrama dengan keluarga? Anda tentu sudah bisa menebaknya.

Memang dunia seisinya selalu terlihat menarik dan menggiurkan. Tak ada seorang pun yang menolak jika ditawari gemerlapnya kemewahan dunia berupa harta, tahta dan wanita. Namun sudah menjadi watak dasar manusia yang memang dibekali dengan hawa nafsu, selalu merasa kurang dan kurang. Serasa ingin lebih dan lebih. Suatu saat mampu beli motor, bulan berikutnya ingin beli mobil. Mobil bekas tidak puas dan gengsi bulan berikutnya beli yang baru dan mewah.

Istri satu kurang cantik dan membosankan, cari satu lagi yang lebih cantik. Dua masih belum puas cari lagi untuk kawin yang ke tiga.

Jadi pegawai rendahan merasa malu dan gengsi, punya ambisi untuk jadi Lurah. Setelah jadi, ada pencalonan legislatif tak mau ketinggalan untuk ikut2an nyalon. Setelah jadi, ingin jadi anggota DPR. Begitu seterusnya dan seterusnya.

Namun demikian, sebagai seorang muslim yang beriman, kita sangat dianjurkan untuk tidak terlalu bergelimang dalam kemewahan dunia. Karena harta dunia itu hanyalah kesenangan bagi mereka, orang-orang yang tidak beriman.

الدّنيا سِجنُ المؤمنِ وجَنّة الكافرِ

“Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan merupakan sorga bagi orang kafir (Al-Ihya ‘Ulumuddin, Imam Al-Ghozali)”

Imam Ghozali, masih dalam bukunya “Ihya Ulumuddin” menjelaskan, bahwa dunia itu memiliki banyak rahasia-rahasia keburukan. Dunia digambarkan seperti sesosok gadis manis yang membuat seseorang tertarik dan condong kepadanya. Kemudian dunia pergi meninggalkannya, dan membuat kikir orang yang mendapatkannya. Apabila suatu saat dunia berbuat satu kebaikan kepada seseorang, maka ia akan berbuat jahat selama satu tahun. Dunia juga merupakan musuh Allah, karena dunia menghalan-halangi manusia beribadah kepada-Nya.

Terkadang seseorang diberi cobaan berupa harta kekayaan yang melimpah ruah disekelilingnya. Apabila ia tidak serakah dan mampu mengendalikan hawa nafsunya, maka insya Allah ia akan selamat dari jebakan dunia yang sifat nikmatnya hanya sesaat. Dan sebaliknya, apabila ia tergoda dan terlena, niscaya ia pun tersesat di dalamnya.

Ada saatnya pula seseorang diberi cobaan berupa kesengsaraan mengalami betapa susahnya sekedar mencari sesuap nasi. Sebagai seorang muslim sekaligus mukmin (beriman) kita tidak perlu khawatir. Karena dengan mengalami berbagai macam prahara dan sulitnya menjalani kehidupan di dunia, insya Allah sedikit demi sedikit dosa-dosa kita diampuni oleh Allah SWtT. Dalam kitab “Sulam At-Taufiq dijelaskan:

من الذّنوب ذنوب لايكفّرها إلاّ الهمّ في طلب المعيشةِ

“Dari beberapa dosa, terdapat dosa yang tidak dapat diampuni kecuali dengan mengalami kesusahan/kepayahan dalam mencari nafkah (penghidupan).

Islam tidak melarang manusia untuk mencari harta sebanyak-banyaknya. Allah SWT justru lebih menyukai muslim yang kuat daripada yang lemah. Termasuk di dalamnya dalam urusan dunia. Tapi kita pun harus menyadari, bahwa, di setiap harta yang kita miliki terdapat di dalamnya hak orang lain (Fakir, miskin, dsb.) dan keseluruhannya adalah milik Allah yang dititipkan kepada kita. Jadi jangan sampai karena sibuk menimbun harta, kita justru lupa beribadah kepada Allah SWT. Namun, tidak dapat dipungkiri, kebanyakan manusia dikuasai oleh sifat terlena dan lupa.

Namun kembali kepada pribadi masing-masing, mengingat hidup adalah pilihan. Hidup bergelimang harta atau cukup dalam kesederhanaan juga merupakan sebuah pilihan. Segala sesuatu akan mempunyai nilai pahala jika diniatkan semata-mata untuk beribadah di jalan Allah SWT. Memenej hati dan menata niat adalah kunci dari amal ibadah kita. Hidup penuh dengan harta kekayaan, asalkan diniatkan agar mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk bershodaqoh dan menyalurkannya ke jalan Allah yang lain, juga menghasilkan nilai ibadah yang tinggi. Dengan catatan cara mendapatkannya pun dengan cara yang sudah ditentukan oleh syari’at Islam. Dalam mencari harta tersebut juga tidak menghalang-halanginya dalam beribadah kepada Allah SWT. Serta tidak berlebihan dalam menikmati harta kekayaan tersebut, karena Allah sangat tidak suka (ketertarikan akan dunia) yang berlebih-lebihan.

- - - Tulisan ini dibuat oleh penulis dengan mengambil inti sari dari pengajian kitab kuning “Ta’lim Al-Muta’allim” yang diampu oleh seorang ustadz (Gus Thoriq) pada bulan puasa 1430 H, dan “Sulam At-Taufiq” yag diampu oleh KH. Sirodj Khudlori pada bulan Oktober 2009. keduanya adalah pengasuh Pon-Pes Daarun Najaah, Jrakah Tugu Semarang. (Gus Thoriq merupakan putra ke 6 dari “Mbah Yai” Sirodj Khudlori).

Minggu, 01 November 2009

Tumbuhan Pun Bertasbih Memuji Allah

Tumbuhan Pun Bertasbih Memuji Allah

Pada sebuah penelitian ilmiah yang diberitakan oleh sebuah majalah sains terkenal, Journal of Plant Molecular Biologies, menyebutkan bahwa sekelompok ilmuwan yang mengadakan penelitian mendapatkan suara halus yang keluar dari sebagian tumbuhan yang tidak bisa didengar oleh telinga biasa. Suara tersebut berhasil disimpan dan direkam dengan sebuah alat perekam tercanggih yang pernah ada. Para ilmuwan selama hampir 3 tahun meneliti fenomena yang mencengangkan ini berhasil menganalisis denyutan atau detak suara tersebut sehingga menjadi isyarat-isyarat yang bersifat cahaya elektrik (kahrudhoiyah) dengan sebuah alat canggih yang bernama oscilloscope. Akhirnya para ilmuwan tersebut bisa menyaksikan denyutan cahaya elektrik itu berulang lebih dari 1000 kali dalam satu detik!!! Prof. William Brown (alm.) yang memimpin para pakar sains untuk mengkaji fenomena tersebut mengisyaratkan setelah dicapainya hasil bahwasanya tidak ada penafsiran ilmiah atas fenomena tersebut. Padahal seperti diakui oleh sang profesor bahwa pihaknya telah menyerahkan hasil penelitian mereka kepada universitas-universitas serta pusat-pusat kajian di Amerika dan Eropa, akan tetapi semuanya tidak sanggup menafsirkan fenomena bahkan semuanya tercengang tidak tahu harus komentar apa. Pada kesempatan terakhir, fenomena tersebut dihadapkan dan dikaji oleh para pakar dari Britania, dan di antara mereka ada seorang ilmuwan Muslim yang berasal dari India. Setelah 5 hari mengadakan kajian dan penelitian ternyata para ilmuwan dari Inggris tersebut angkat tangan. Sang ilmuwan Muslim tersebut mengatakan: “Kami umat Islam tahu tafsir dan makna dari fenomena ini, bahkan semenjak 1400 tahun yang lalu!” Maka para ilmuwan yang hadir pun tersentak dengan pernyataan tersebut, dan meminta dengan sangat untuk menunjukkan tafsir dan makna dari kejadian itu. Sang ilmuwan Muslim segera menyitir firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “... Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Isra’: 44) Tidaklah suara denyutan halus tersebut melainkan lafadz jalalah (nama Allah Subhanahu wa Ta’ala) sebagaimana tampak dalam layar. Maka keheningan dan keheranan yang luar biasa menghiasi aula dimana ilmuwan tersebut berbicara. Subhanallah, Maha Suci Allah! Ini adalah salah satu mukjizat dari sekian mukjizat agama yang haq ini! Segala sesuatu bertasbih mengagungkan nama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Akhirnya orang yang bertanggung jawab terhadap penelitian ini, yaitu Profesor William Brown menemui sang ilmuwan muslim untuk mendiskusikan tentang agama yang dibawa oleh seorang Nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis) sebelum 1400 tahun lalu tentang fenomena ini. Maka ilmuwan tersebut pun menerangkan kepadanya tentang Islam, setelah itu ia memberikan hadiah Al-Qur’an dan terjemahnya kepada sang profesor. Selang beberapa hari setelah itu, Profesor William mengadakan ceramah di Universitas Carnegie Mellon, ia mengatakan: “Dalam hidupku, aku belum pernah menemukan fenomena semacam ini selama 30 tahun menekuni pekerjaan ini, dan tidak ada seorang ilmuwan pun dari mereka yang melakukan pengkajian yang sanggup menafsirkan apa makna dari fenomena ini. Begitu pula tidak pernah ditemukan kejadian alam yang bisa menafsirinya. Akan tetapi satu-satunya tafsir yang bisa kita temukan adalah dalam Al-Qur’an. Hal ini tidak memberikan pilihan lain buatku selain mengucapkan Syahadatain: “Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang haq melainkan Allah, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya”. Seorang profesor ini telah mengumumkan Islamnya dihadapan para hadirin yang sedang terperangah. Allahu Akbar! Kemuliaan hanyalah bagi Islam, ketika seorang ilmuwan sadar dari kelalaiannya, dan mengetahui bahwa agama yang haq ini adalah Islam! (Faiz) Sumber: Majalah Qiblati vol 01/no 11/Tahun 2006/1427 H/hal 40-41;

Senin, 17 Agustus 2009

Al-Qur'an Surat Annisa', Ayat: 3.

Pro / Anti Poligami?

Assalamu'alaikum Warahmatullahi wabarokatuh.

Pembaca yang budiman. Pada suatu hari ada seorang teman, sebut saja Abdul bukan nama sebenarnya) yang tengah bercanda, tapi setengah serius berkoar dengan lantang di depan saya dan teman-teman yang lain, "Suatau saat nanti saya akan menikahi 4 wanita sekaligus dalam hidupku". Aku dan sebagian teman yang lain sesaat terdiam, demi mendengarkan perkataan Abdul tadi. Sejurus kemudian salah seorang teman yang lain, Taqien, membuka suara untuk mengomentari ucapan si Abdul, " Mbok ndak usah serakah gitu. Memangnya kamu yakin nanti bisa adil? La wong istri satu saja belum tentu kebutuhan-kebutuhannya terpuaskan oleh kamu, sudah bilang mau beristri 4. lagian satu kan ndak bakalan habis-habis kau makan dul…!" serentak aku dan teman-teman pun tertawa mendengar komentar Taqien. Merasa dikritik, Abdul pun membalas komentar Taqien, " Wah, jangan dikau meremehkan daku begitu qien. Lihat saja, kelak aku pasti mampu memuaskan istri-istriku dan aku yakin bias berbuat adil. Optimis donx… Masa belum apa-apa sudah pesimis bilang ga bias adil. Ya sampe kapanpun ga bakalan bias adil. Tul ga'… ?

Dari pernyataan teman bernama Abdul tadi, kita pasti bias menebak bahwa ia merujuk pada surat Annisa' : 3 untuk membentengi argumentasi / prinsipnya yang beraliran pro-poligami, dimana secara tersurat ayat tersebut memperbolehkan laki-laki untuk menikahi wanita-wanita yang ia cintai sampai berjumlah 4 orang. Dari surat Annisa' tersebut sebagian orang memang beranggapan bahwa Al-Qur'an pro-poligami. Tapi apakah benar demikian? Apabila kita mau berfikir lebih jauh tentang mengapa surat Annisa': 3 tersebut diturunkan, sebenarnya ayat tersebut justru juga bias dijadikan sebagai landasan anti-poligami. Mengapa bias begitu? Dalam ayat tersebut yang artinya kira-kira demikian:

"Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya".

Ayat tersebut diturunkan di mana saat itu di negeri Arab yang sebagian besar penduduknya masih berpola fakir jahiliyah, memperlakukan wanita tidak lebih baik dari barang dagangan, dimana setiap wanita yang sudah dinikahi oleh seorang laki-laki, maka ia sepenuhnya menjadi hak milik laki-laki tersebut, dan bebas untuk berbuat apa saja kepadanya, termasuk memperjual-belikannya. Dan masyarakat Arab jahiliyah beranggapan kalau mereka bebas menikahi wanita sebanyak ia mampu melakukannya. Suatu kebanggaan bagi kaum lelaki pada saat itu apabila ia mampu menikahi wanita sebanyak mungkin. Karena masyarakat memandang semakin seorang laki-laki mempunyai istri banyak, maka semakin tengguh dan diakui kejantanannya. Islam sangat menentang pandangan hidup yang demikian. Maka dari itu dalam surat Annisa': 3, Al-Qur'an mengangkat derajat wanita agar di tempatkan di tempat yang lebih baik dan diperlakukan sebagaimana seorang istri yang patut dilindungi dan diberi tempat yang aman, serta tidak sama derajatnya dengan barang dagangan. Oleh sebab itu ayat tersebut membatasi laki-laki untuk menikahi wanita yang ia cintai tidak lebih dari 4 orang. Dan itupun kalau ia mampu berbuat adil. Sedangkan kita tahu bahwa sebaik-baik manusia tidak akan mampu berbuat adil (kecuali nabi Muhammad SAW). Karena sifat maha adil hanyalah milik Allah SWT. dengan demikian secara tersirat Al-Qur'an surat Annisa': 3 menyinidir manusia (khususnya laki-laki), bahwa ia tidak akan mampu bebuat adil, dan menganjurkan laki-laki kalau sebaiknya ia menikahi satu wanita saja untuk mendampingi hidupnya.

Namun demikian, banyak orang yang masih kurang setuju dengan pendapat di atas dan masih tetap pada pendiriannya yang pro-poligami, dengan alasan pendapat tersebut tidak bersifat objektif dan hanya mengira-ngira saja. Bias saja betul, bias juga salah. Bagaimana dengan anda?

Bagaimanapun pendapat anda tentang Al-Qur'an surat Annisa': 3, yang jelas penafsiran ayat Al-Qur'an tidak bias dilakukan dengan asal-asalan. Maka dari itu, pertimbangkan baik-baik keputusan ataupun pandangan anda mengenai poligami.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

MENGASAH INDRA KE-6 - (Gambaran Ilmu Ma'rifat).


Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

Para pembaca yang budiman, di dalam ilmu filsafat, kita mengenal yang namanya ilmu Ma'rifat. Ilmu Ma'rifat adalah lmu yang membuat seseorang mampu mengetahui rahasia-rahasia dari Tuhan, atau kita bbisa menyebutnya seseorang yang memiliki indra ke-6. pada dasarnya ilmu Ma'rifat ini adalah ilmu pemberian dari Allah SWT. yang hanya diberikan kepada orang-orang yang Ia kehendaki (manusia terpilih). Kita bbisa melihat fenomenanya pada contohnya, seorang anak atau mungkin seseorang yang memiliki bakat ruhaniah terpendam sejak lahir untuk bisa mengetahui atau merasakan sesuatu yang di luar kemampuan manusia normal pada umumnya. Seperti halnya seorang anak yang memiliki kemampuan bisa menyembuhkan setiap penyakit dengan hanya menyentuh sang pasiennya, atau seseorang yang bias meramalkan kejadian yang bakal terjadi di masa yang akan datang, atau mungkin hanya sekedar memiliki firasat tentang akan terjadinya sesuatu dan itu benar-benar terjadi, dsb. Maka dari itu kita sering menjumpai atau sekedar menyaksikan di layer TV yang menampilkan orang-orang yang memiliki bakat spiritual.

Namun demikian bukan berarti dari sekian orang di sekeliling kita yang mempunyai keahlian mistik dalam berbagai bentuk mendapatkan lmu-ilmunya dari jalan yang benar (atas pemberian Tuhan). Ada banyak diantara mereka mendapatkan ilmu-ilmunya dari selain Tuhan, seperti dari golongan Jin atau bahkan setan. Kita bisa menebak dari mana seseorang mendapatkan ilmu-ilmu ghaib yang mereka dapat dari tata cara sang empunya ilmu mempraktekkan ilmunya, dan juga bisa diraba dari segi manfaat ilmu tersebut. Jika saja dalam pengamalan ilmu tersebut tidak menuju pada perbuatan-perbuatan syirik dan masih berada pada batas-batas syariat Islam, maka nsya Allah kita bisa memastikan ilmu itu didapat dari Allah SWT. atas kedekatan dirinya pada sang Khalik yang maha memberi petunjuk dan kemudahan pada setiap orang yang dipilih-Nya.

Kendati demikian, Ilmu kebatinan yang melibatkan indra ke-6 tersebut bukan tidak mungkin untuk bisa dipelajari oleh kita yang sebagian besar adalah orang awam. Allah SWT. menganjurkan kita untuk mempelajari ilmu apa saja yang dapat mendatangkan manfaat, baik bagi dirinya maupun untuk orang lain. Dan termasuk juga ilmu kebatinan atau ilmu ghaib. Di dalam suatu buku tasawuf karangan Robert Frager, dalam bukunya yang berjudul psikologi Sufi Untuk Transformasi Hati, Diri & Jiwa, dia menyebutkan bahwa di dalam filsafat Islam, ilmu Ma'rifat dapat kita peroleh asalkan kita bisa menerapkan prinsip-prinsipnya. Seorang dosen ilmu tasawuf, H. Abdul Kholiq, M.Ag. menjelaskan bahwa hati manusia pada hakikatnya terdiri dari beberapa lapis yang dapat digambarkan seperti sebuah lingkaran yang berlapis-lapis. Dalam lapisan-lapisan lingkaran tersebut, ilmu Ma'rifat berada di dalam inti dari lapisan-lapisan tersebut. Sedangkan lapisan-lapisan yang berada di luarnya merupakan tabir atau penghalang, yang mana dapat menghalangi masuknya Ilmu Ma'rifat yang datang dari Tuhan ke dalam lubuk hati manusia. Lihat gambar berikut:


Maka dari itu dalam teori ini, semakin manusia dapat mengupas tiap-tiap tabir penghalang yang ada di dalam hatinya, maka semakin tajamlah batinnya dan mempermudah ia mendapatkan ilmu Ma'rifat dari Tuhannya. Lalu bagaimanakah caranya agar kita dapat mengupas tiap-tiap tabir tersebut? Tabir-tabir penghalang yang ada di dalam hati manusia digambarkan sebagai hawa nafsu yang wajib diperangi oleh manusia. Karena hawa nafsu merupakan pintu gerbang bagi syetan untuk dapat masuk ke dalam hati manusia dan membisikkan rayuan-rayuannya yang menyesatkan. Maka dari itu hawa nafsu dapat menghambat seseorang untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dengan memerangi hawa nafsu, serta selalu berusaha mendekatkan diri dan terus beribadah kepada Allah SWT. maka semakin mudahlah manusia menerima setiap rahasia-rahasia Allah yang akan diberikan kepadanya. Hal ini dapat kita lakukan dengan rajin berpuasa, selslu shalat 5 waktu dengan berjama'ah, selalu terjaga di malam hari untuk sembahyang dan berdzikir, sehingga semakin dekatlah ia kepada Allah, Tuhan pencipta alam, serta senantisa berusaha menghindarkan diri dari perbuatan-perbuatan maksiat. Dengan demikian lama-kelamaan tabir-tabir penghalang yang ada dalam hati kita pun akan terkikis sedikit demi sedikit, sehingga musnah semuanya. Dan apabila kita mampu beristiqomah mengamalkan amalan-amalan yang sudah disebutkan di atas, bukan tidak mungkin kita akan memperoleh Ilmu Ma'rifat yang berupa rahasia-rahasia Illahi atau (indra ke-6) seperti halnya yang diperolh oleh para wali.

Sekian dari penulis. Semoga kita senantisa menjadi hamba Allah yang rajin beribadah dan terhindar dari segala bentuk perbuatan maksiat.
Amin ya Robbal 'Alamin.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.
-----------------------------------------------------------------------------------
Penulis mendapatkan ide menulis artikel ini setelah mendapatkan materi kuliah Akhlak/Tasawuf dari salah seorang dosen ilmu tasawuf, Bpk. H. Abdul Kholiq, M. Ag. di IAIN Walisongo Semarang.

Minggu, 05 Juli 2009

Faktor Penghambat Sukses

BEJ (Blame, Excuse & Justify)
  1. Blame : Sifat yang suka menyalahkan orang lain, lingkungan, dan kondisi diri sendiri atas kegagalan atau kelemahan atau kekurangan yang dimilikinya. Orang yang memliki sifat ini cenderung beranggapan bahwa setiap kegagalan / kelemahan yang ia alami disebabkan oleh kondisi lingkungannya yang kurang mendukung, atau orang-orang di sekitarnya yang dianggap menghambat, atau bahkan menyesali keadaannya dirinya sendiri yang terlahir untuk selalu gagal dan memiliki kelemahan tertentu. Contohnya, seorang mahasiswa mengalami cacat fisik tidak dapat melihat benda jarak jauh (minus) yang cukup parah dan terlahir sebagai anak orang yang ekonominya pas-pasan dalam urusan akademiknya tertinggal dengan teman-teannya. Dia menyalahkan orang tuanya, karena tidak memberi materi dan fasilitas yang cukup untuk menunjang prestasinya. Dia juga menyesali kondisi fisik dirinya yang terlahir sebagai anak yang mengidap rabun jauh yang akut, sehingga dia merasa kurang mampu bersaing dengan teman-temannya. bahkan dia menyalahkan kondisi lingkungan kostnya yang menurutnya sumpek dan selalu ramai oleh hiruk pikuk kendaraan di sekitarnya dan senda gurau teman-teman sekostnya, sehingga ia merasa sulit untuk belajar.
  2. Excuse : Sifat yang selalu mencari-cari alasan atas kegagalan, kelemahan dan kekurangan yang ada pada diri sendiri. Dia berlasan karena kondisi materi dan fisiknya berbeda dengan rang lain, maka ia merasa wajar kalau nasibnya pun berbeda pula. Atau ia beralasan kalau belum waktunya untuk membuat perubahan yang berarti (menunggu ada keajaiban yang berpihak pada dirinya). Atau mungkin ia merasa dirinya kurang berpengalaman dibanding orang-orang di sekitanrnya, sehingga ia merasa kegagalan yang dialaminya adalah sesuatu yang wajar.
  3. Justify : Sifat mudah menghakimi atas segala sesuatu yang telah terjadi tanpa pengetahuan cukup yang dimilikinya. Orang yang memiliki sifat ini beranggapan bahwa segala sesuatu yang telah terjadi berjalan sesuai hukum alam, sedangkan dirinya merasa tidak sanggup atau tidak berhak melakukan perubahan. "Tentu saja ia lebih pintar dan sukses, dan aku miskin dan sengsara, karena tuhan sudah menakdirkan hal itu.
BEJ sangat wajar dialami oleh siapapun, bahkan seseorang mungkin belum sadar bahwa dirinya telah mengidap penyakit psikologi yang sangat kuat menghambat kesuksesan tersebut. Kondisi ini umumnya dialami oleh seseorang yang mengalami depresi tingkat lanjut, sehingga membuat semangat hidupnya menurun, atau dia kurang mendapat perhatian dan motivasi dari keluarga atau orang-orang di sekitarnya. Sebetulnya penyakit ini bukanlah penyaliy yang tidak dapat disembuhkan. Seseorang yang mengidap penyakit ini perlu sedikit perhatian dan motivasi. Atau bahkan sang pengidap bisa mengatasinya sendiri dengan memulai untuk berusaha bangkit dan selalu berusaha sekuat membuat perubahan sekuat mungkin untk dapat merubah nasibnya ke arah yang lebih baik. Dari kasus yang dicontohkan di atas, seorang mahasiswa harus bisa menyadari kalau kondisinya berbeda dengan yang lainnya, maka usahanya atau perjuangannya pun harus berbeda pula dengan yang lain. Kalau orang lain mampu membiayai hidup dan memfasilitasi mereka dari kiriman orang tuanya, maka dia pun bisa mendapatkannya dengan berusaha untuk belajar sambil bekerja, sehingga ia memiliki tambahan finansial untuk memfasilitasi dirinya. Mengenai kondisi fisiknya yang rabun jauh, dia hendaknya berusaha sebisa mungkin bagaimana caranya agar bisa melihat dengan jelas, seperti dengan bantuan kaca mata / contact lens. Untuk mendapatkannya ia bisa sedikit bertirakat dan berhemat menyisihkan uang sakunya untuk bisa membeli alat tersebut. Jika ia merasa ketinggalan materi tertulis di kelas, ia bisa meminjam catatan dari temannya atau meminta penjelasan dari dosennya di luar kelas atau dengan temannya yang dia anggap mampu menjelaskan materi tersebut. Jika kita mau menyadarinya banyak sekali fenomena di dunia ini tentang orang - orang yang memiliki kekurangan dan keterbatasan, dan mereka bisa membuktikan kepada dunia bahwa merekapun bisa sukses dan berjaya.
Jika mereka bisa, mengapa kita tidak?