Salam, Para pembaca yang budiman...
Percayakah anda jika saya mengatakan bahwa kita semua mempunyai bakat menjadi seorang aktor film? Kenapa tidak? Toh sejak kita lahir hingga saat ini kita sedang menjalani sebuah syuting filmbesar...
Yach, kita bersama seluruh manusia lainnya di bumi ini sedang melakoni sebuah film drama kehidupan yng disutradarai oleh Tuhan. Dan kita (mau tidak mau) terikat kontrak seumur hidup dalam film tersebut. Karena, untuk itulah kita hidup. Lalu jika benar demikian, untuk apa tuhan melakukannya? Untuk diperlihatkan kepada siapa film tersebut? Lalu apakah tuhan akan menggaji kita atas akting kita? Dengan apa? Kapan?
Sangat wajar jika mungkin terbersit pertanyaan-pertanyaan semacam itu dalam fikiran anda ketika membaca pernyataan diatas. Namun perlu kita ketahui bahwa Tuhan adalah sutradara terbaik yang pernah ada di seluruh jagat raya. Jangan khawatir pertanyaan anda tidak terjawab dengan baik. Tuhan sengaja membuat film itu, kita yang mamainkan salah satu peran di dalamnya, kita juga yang menyaksikannya kelak, agar kita tahu sejauh mana kita mampu menjalankan peran kita. Dan tentu saja Tuhan akan menggaji kita. Bisa saja sebagian kecil diberikan pada kita saat kita sedang menjalani syuting, namun sebagian besar akan kita terima kita meninggal nanti. Lalu apakah kita digaji dengan uang atau materi yang lain? Bisa saja begitu saat kita masih hidup di dunia. Namun itu tidak berguna lagi ketika kita sudah meninggal nanti. Maka dari itu, selain dengan materi Tuhan juga menngaji dengan pahala. Atau lebih konkritnya bisa berupa rahmat, keselamatan, nikmat yang belum pernah kita rasakan selama hidup di dunia, serta segala bentuk kemulyaan dan karunia-karunia-Nya. Dan itu akan tetap berguna untuk kehidupan kita selanjutnya yang lebih kekal di dalamnya, yaitu di akhirat nanti. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang tidak menjalankan peran sesuai aturan-aturan yang sudah di tetapkan dengan baik? Kalau dalam dunia per-filman, bisa saja gajinya dipotong, atau yang lebih parah dia akan dihukum atau bahkan dipecat. Tuhan tidak mengenal kata pecat. Karena bagaimanapun juga makhluk-Nya tetaplah makhluk-Nya. Tidak ada sutradara yang lain untuk orang tersebut di dunia ini. Meraka yang menyimpang dari prosedur akan dihukum sesuai dengan tingkat kesalahan merka masing-masing. Paling parah Tuhan akan mencabut/memotong habis gaji (rahmat)-Nya untuk orang tersebut, jika memang kesalahannya tidak bisa ditolerir lagi. Setiap aktor, entah ia berperan sebagai si-kaya, si-miskin, si-buruk rupa, si-ganteng, cantik, dll, harus bertindak sesuai skrip/naskah yang sudah digariskan dan ditulis secara detil dan jelas di dalam kitab suci kita, sebagai umat beragama. Maka sangat beruntung bagi mereka yang mau membaca dan memahami serta mengamalkan naskah tersebut dengan baik. Dan alangkah meruginya bagi orang yang sebaliknya.
Mengapa saya menganalogikan kehidupan manusia di dunia ini layaknya sedang main sinetron atau film? Karena memang pada hakikinya kehidupan di dunia ini hanyalah panggung sandiwara semata, tidak ubahnya seperti sebuah sandiwara drama yng kita saksikan setiap hari di-layar kaca. Alangkah naif dan menyedihkan bagi orang-orang yang masih menganggap bahwa kehidupan nyata mereka adalah saat mereka masih hidup di dunia itu. Dan hanya mengetahui bahwa kehidupan bawah sadarnya adalah ketika mereka mengalami sesuatu saat mereka sedang trlelap, atau biasa disebut dengan bermimpi, serta tidak ada kehidupan lain setelahnya. BUKAN... lehidupan yang nyat dan lebih kekal adalah justru saat kita telah meninggalkan dunia yang fana ini. Dan bisa jadi sebagian mimpi kita adalah potongan kecil dari kisah kehidupan nyata yang akan kita alami nanti. Jadi, kalau demikian, lalu kapan sebenarnya saat kita sedang tersadar? Dan kapan saat kita sedang bermimpi? “Hanya Tuhan yang paling tahu”...
Yang perlu anda catat adalah poin berikut, “Saat anda sedang bermimpi pernahkah anda menyadari, bahwa anda sedang bermimpi?” jawabannya pasti, tentu saja tidak. Karena begitu anda sadar dari mimpi kita, maka otomatis kita juga terbangun dari tidur kita. Bukankah benar begitu?...
Sama halnya seperti ketika kita menjalani lakon kita dalam kehidupan di dunia ini. Meskipun itu kurang tepat dikatakan sebagai mimpi, setidaknya kita harus tahu bahwa kehidupan di dunia ini bukanlah kehidupan yang sebenarnya. Karena kita tidak akan kekal di dalamnya. Suatu saat kita akan mati dan jasad kita akan membusuk, serta bersatu lagi dengan tanah. Karena memang dari situlah jasad kita terbuat dan dikembalikan. Yang jadi pertanyyan, kemana ruh kita? Apakah semuanya sudah selesai begitu saja saat kita sudah mati??? Tentu saja tidak. Kita akan menjalani sebuah kehidupan yang langgeng, justru setelah kita meninggalkan dunia yang fana ini. Ini yang perlu anda fahami dan anda yakini terlebih dahulu.
Permasalahan berikutnya adalah, banyak orang yang sudah mengetahui akan hal itu, namun mereka sedang lupa/tidak sadarkan diri. Banyak diantara kita yang kurang bersyukur ketika diberi peran sebagai si-miskin, misalnya. Dan banyak pula yang menjadi lalai dan takabur ketika berperan menjadi si-kaya. Dan sebagainya, dan sebagainya.
Dewasa ini, di zaman yang multi komplex ini, kita jumpai banyak orang mengeluh, stress, bahkan putus asa menghadapi permasalahan hidupnya masing-masing yang serba rumit dan komplex. Banyak kita saksikan penyimpangan sosial di luar nalar kita bermunculan di sekeliling kita. Ada seorang ayah yang tega menghamili anaknya sendiri yang beranjak dewasa dan pandai bersolek. Ada seorang anak yang tega menghabisi nyawa ayahnya lantaran sang ayah selingkuh dan sering menyakiti ibunya. Yang lebih sadis lagi, seorang anak ABG yang dengan sadis memutilasi pacarnya lantaran kepergok punya kekasih yang lain. Dan yang lebih sering terjadi adalah kasus-kasus percobaan bunuh diri (hingga berujung kematian) dengan berbagai motif dan persoalan hidup yang tidak mampu diselesaikan. “Semoga kita terhindar dari hal-hal yang demikian”. Ini menunjukkan kalau sebagian besar masyarakat kita sedang lupa atau bahkan tidak sadarkan diri, serta kurang memahami peran mereka di dunia ini dan harus berbuat apa. Padahal Tuhan sendiri pernah befirman, bahwa “Tuhan tidak akan memberikan kesulitan kepada seseorang melebihi batas kemampuannya”. Jika seseorang sampai melakukan penyimpangan-penyimpangan seperti diatas, berarti dia telah mengecewakan Tuhannya. Dan tentu saja Tuhan pun akan menghukumnya dengan hukuman yang setimpal pula.
Padahal apabila Anda mau meyakini dan memahami firman Tuhan di atas, maka sesunnguhnya sangat beruntunglah orang-orang yang diberi kesulitan tingkat tinggi dalam hidupnya. Karena tentu saja Tuhan akan membayar lebih (dengan pahala) atas usaha yang lebih keras juga. Kita hanya perlu bersabar, selalu berusaha mencari solusi dengan benar, selebihnya kita pasrahkan kepada Tuhan lagi. Itu saja. Mudh bukan..?
Saya pernah mendengar sebuah kata-kata bijak dari salah satu stasiun radio, diambil dari ucapan seorang milyarder dunia yang mendulang sukses, “ seandainya saja seluruh buku kearifan di seluruh dunia dikumpulkan menjadi satu, kemudian diringkas menjadi satu kalimat saja, maka kaimat tersebut berbunyi; sesungguhnya seluruh manusia di bumi ini ditakdirkan untuk mendrita, sakit dan mati”. Tidak peduli itu si-kaya, miskin, orang-orang sukses maupun gagal pasti mengalaminya. Jadi, tidak perlu kita merisaukan penderitaan/kesulitan yang kita alami, apalagi sampai melakukan tindakan-tindakan negatif yang ekstrim. Dipandang dari sudut pandang manapaun (kecuali dari sudut pandang setan), itu adalah salah dan konyol, sia-sia dan hanya merugi semata. Bahkan, seandainya saja anda memang ditakdirkan hidup di dunia dalam kesengsaraan dan kesulitan hingga akhir hayat, tidak mengapa. Asal jangan menderita juga untuk kehidupan di akhirat nanti. Toh, anda hdup di dunia ini hanya beberapa saat saja, tidak selamanya. Pastikan anda meraup kesuksesan, di kehidupan selanjutnya. Itu yang terpenting. Jangan hanya memusingkan kebahagiaan dunia saja.
Semoga tulisan ini mampu memotifasi anda agar selalu berfikir positif, bertindak lebih baik, serta tentu saja meningkatkan iman kita. Mudah-mudahan anda menjadi orang yang beruntung dan selamat di dunia maupun di akhirat. Amin.